Jumat, 16 November 2012

Perempuan Kecil Bermata Belati


Perempuan Kecil Bermata Belati

(Ibrahim, M.Pd.)

Mulanya hanyalah seorang pengemis kecil yang kudorong dengan kasar sehingga jatuh terduduk ke gundukan batu-batu. Muncul dari sekelompok pengemis yang menunggu para pendaki di tepi jalan setapak menuju Gua Hira, gadis kecil itu mencegatku di deretan paling depan dan langsung menggelayuti sajadahku dengan cengkeraman yang begitu kuat. "Ana miskin...ana miskin...," rengeknya dengan tatapan mata iba sambil menadahkan tangan kanannya ke dadaku.

Ketika itu aku benar-benar kehabisan uang kecil, karena terlalu banyaknya pengemis di sepanjang jalan setapak itu --konon mereka datang dari daerah-daerah miskin di Asia Tengah. Kalaupun masih ada uang receh di dompetku, paling kecil 10 dinar dan ini pecahan yang tidak lazim dibagikan kepada pengemis. Tetapi, ternyata tidak gampang untuk menolak pengemis-pengemis yang rata-rata masih di bawah umur itu. Mereka akan menggelayuti tangan, ujung baju, sarung, sajadah, atau apa saja, untuk memaksa pendaki memberi mereka uang receh.

Begitulah dengan gadis kecil yang menggelayuti ujung sajadahku, sehingga aku sulit untuk meneruskan perjalanan. Barkali-kali aku mencoba menolaknya dengan halus, dengan bahasa Inggris campur Arab, "No money... no more... no more.... La... la... Ana laisa fulus... laisa fulus...Halas...halas!" kataku sambil menggerakkan tangan dengan isyarat menolak, dengan harapan ia mengerti maksudku dan segera melepaskan ujung sajadahku.

Tapi, gadis kecil itu masih menggelayut begitu kuat di ujung sajadahku, sampai terjadi tarik-menarik sajadah antara aku dengan si kecil yang punya "daya juang" tinggi itu. Maka, dengan agak marah, kutarik sekeras-kerasnya sajadahku, lepas dari cengkeramannya. Dan, ketika gadis kecil itu tetap memburuku untuk meraih ujung baju kokoku, kuhempaskan dia dengan kasar, sehingga terhuyung-huyung jatuh terduduk ke atas gundukan batu-batu. "Ana miskin... ana miskin...," rengeknya dengan tatapan mata cokelat yang makin mengiba ke arahku.

Dan, tatapan itulah yang terus memburuku, terus menusuk-nusuk ulu hatiku, sampai aku kembali ke hotel. Saat makan malam, tiap menjelang shalat, dan terutama menjelang tidur, mata cokelat perempuan kecil itu seperti hadir kembali dengan seluruh dirinya. Wajahnya yang oval dengan hidung mancung, alisnya yang tebal dengan mata cokelat bulat lebar --wajah khas Afghanistan-- dengan rambut panjang hitam kemerahan dikepang dua, seakan hadir seluruhnya dengan begitu nyata. Dan, suaranya seperti terngiang-ngiang kembali di telingaku, "Ana miskin... ana miskin...."
***

Perempuan kecil itu sebenarnya sangat cantik. Setidaknya, di atas rata-rata anak perempuan Indonesia. Usianya mungkin baru sekitar 10 tahun. Posturnya yang tinggi-padat dengan kulit kuning bersih sebenarnya kurang pas dengan pekerjaannya sebagai pengemis. Apalagi di bukit terpencil yang terik di siang hari dan menggigilkan di malam hari. Hanya rok hijau lusuhnya yang kumal dan robek-robek, dan rambutnya yang tidak terurus, yang memberi kesan dia sebagai gembel.

Sejujurnya, ketika itu kami juga sedang merindukan anak perempuan, untuk melengkapi dua anak laki-laki kami. Dan, doa inilah yang berulang-ulang kuucapkan di multazamm --tempat berdoa yang paling mustajab-- sehabis wukuf. "Kamu merindukan anak perempuan....Kamu terus berdoa memohon anak perempuan.
Tetapi, kenapa kau tolak kehadiran anak perempuan, bahkan kau sakiti hatinya?" Sebuah suara tiba-tiba menyambar batinku.

Ya, perempuan kecil itu memang cukup mewakili sosok anak perempuan yang kurindukan, cantik, sehat, dan cerdas. Namun, tentu bukan pengemis. Jelas aku takkan ikhlas anakku jadi peminta-minta. Anakku harus mandiri dan banyak memberi. Bukan banyak meminta. Tapi, mengapa wajah perempuan kecil itu terus memburuku dan tatapan mata ibanya terus menusuk-nusukkan belati ke ulu hatiku?
***

Keesokan harinya aku benar-benar kembali mendaki Jabal Noor (Bukit Cahaya) untuk menemukan gadis kecil bermata belati itu. Kuingat betul wajah kekanakannya, mata bulat cokelatnya, alis tebalnya, hidung mancungnya, bibir merekahnya, dan rambutnya yang hitam kemerahan dan dikepang dua. Juga kuingat baju hijau lusuhnya yang robek lengan dan ujung kanannya, kaki telanjangnya yang ramping, dari kelompok pengemis mana ia muncul dan di mana ia kuhempaskan.

Tetapi anehnya, sesampai di lereng yang kuyakini sebagai tempat perempuan kecil bermata belati itu kuhempaskan, tak ada satu pun pengemis yang mencegatku. Beberapa pengemis kecil, kebanyakan perempuan, tetap asyik bermain di dekat bebatuan atau duduk-duduk santai di atas gundukan batu. Kusapukan pandanganku berkali-kali ke seluruh penjuru lereng itu, tapi tidak kutemukan juga perempuan kecil bermata belati itu. Akhirnya, anak-anak gembel itulah yang kupanggil untuk mendekat sambil berharap perempuan kecil yang kucari itu segera muncul dari balik bebatuan atau dari dalam gubuk kayu beratap kain-kain lusuh tidak jauh dari jalan setapak itu.

Beberapa kelompok pengemis kecil sudah mendekat dan segera pergi lagi setelah semua mendapat uang receh dariku, tapi tidak kutemukan juga perempuan kecil bermata belati yang kucari itu. "Ah, mungkin anak itu sudah pindah ke lereng yang agak ke atas," pikirku.

Aku sudah hendak melangkahkan kaki untuk mendaki lagi, namun ujung sajadahku tiba-tiba terasa berat. Aku menengok ke belakang, dan kulihat seorang perempuan kecil menggelayut di ujung sajadah tipis yang kuikatkan di pinggangku. "Ini dia!" teriakku dalam hati. Aku yakin, dialah perempuan kecil bermata belati yang kucari itu. Kurogoh saku baju kokoku, dan kuberi dia beberapa dinar. "Syukron... syukron!" katanya sambil menghitung-hitung uang itu dan meloncat-loncat kecil menjauhiku.

Melihat kegembiraan itu, dadaku terasa plong, seperti baru saja melunasi hutang pada kawan sekantor yang begitu mengganjal perasaan karena ia sering menagihnya. Maka, dengan perasaan lega akupun meneruskan perjalanan ke puncak, sebab masih terlalu siang untuk kembali ke hotel. Setidaknya, aku bisa shalat Ashar di puncak Jabal Noor atau di Gua Hira --tempat Nabi Muhammad SAW dulu menerima wahyu pertama.

Tetapi, baru sekitar 50 meter melangkah, aku melihat gadis kecil yang sangat mirip dengan perempuan kecil bermata belati yang kucari. Penampilannya masih seperti kemarin. Rambutnya masih dikepang dua, dan ketika kudekati, tatapan ibanya yang mengandung belati masih tajam menusuk ulu hatiku. "Ah, jangan-jangan ini yang benar," pikirku. Dan yang bersamanya, aku ingat, adalah pengemis-pengemis kecil yang kemarin juga. Hanya warna bajunya, lagi-lagi, yang berbeda. Kemarin hijau lusuh, kini kuning kecoklatan. Maka, kurogoh lagi saku bajuku lalu kuberi dia lima dinar. Dengan wajah terbengong-bengong gadis kecil itu menerimanya.

Namun, ketika aku hendak melangkah lagi, tiba-tiba ada yang terasa menggelayuti tangan kiriku, dan ternyata seorang perempuan kecil yang wajahnya sangat mirip dengan gadis kecil bermata belati yang baru saja berlalu. Rambutnya pun hitam kemerahan dan dikepang dua. Bajunya juga hijau lusuh seperti baju gadis kecil yang kucari itu.
"Ana miskin... Ana miskin...," rengeknya sambil menadahkan tangan kanannya, persis seperti rengek perempuan kecil yang kemarin kuhempaskan ke atas gundukan batu.

Ini yang benar, pikirku. Inilah perempuan kecil yang kucari. Maka, segera kurogoh lagi saku celana jinku, dan kuberikan beberapa dinar kepadanya. Tetapi, bersamaan dengan itu, seperti serentak muncul pengemis-pengemis kecil dari balik bongkahan batu, dari celah bukit, dari dalam gubuk-gubuk beratap kain lusuh, lima, sepuluh, lima belas, tiga puluh .... dan banyak di antara mereka yang wajahnya sangat mirip dengan perempuan kecil bermata belati yang kemarin kuhempaskan itu. Mereka melangkah serentak ke arahku, seperti mumi-mumi hidup, dengan pakaian compang-camping, sambil menadahkan tangan dan koor, "Ana miskin... ana miskin...."

Dengan begitu cepat pengemis-pengemis kecil itu mengepungku, sehingga aku tak dapat menghindar dari mereka. Dengan agresif tangan-tangan kecil mereka pun menadah di sekelilingku, bertempelan di dadaku, di lengan kanan-kiriku, di punggungku. Dan, dengan tatapan-tatapan iba yang menghunjamkan puluhan pisau belati ke ulu hatiku, mereka memaksaku untuk menguras seluruh isi saku bajuku, saku celanaku, dan dompetku. Dengan tangan gemetar dan perasaan tak menentu, kubagikan semua sisa recehan satu dinar, lima dinar, dan bahkan sepuluh dinarku.

Satu demi satu mereka pun pergi meninggalkanku, kembali ke balik bongkahan-bongkahan batu, ke dalam gukuk-gubuk beratap kain lusuh dan ke celah-celah pebukitan tandus Jabal Noor. Dengan tubuh lemas dan perasaan tak menentu, akhirnya aku turun, dan langsung menuju Masjidil Haram. Usai shalat Ashar aku meninggalkan masjid untuk kembali ke hotel. Tapi, di pintu keluar aku masih dicegat seorang perempuan kecil bermata belati itu. Dan, ini yang paling persis di antara gadis-gadis kecil bermata belati yang kutemukan di Jabal Noor tadi. Rambutnya masih dikepang dua, dan roknya juga masih hijau lusuh dengan robekan kecil pada lengan kiri dan ujung bawah kanannya.

Maka, tanpa pikir panjang kurogoh dompetku dan kucari sisa uang receh yang ada. Tapi, tak ada lagi uang receh di sana. Yang kutemukan tinggal selembar 50 dinar. Dan, tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku, uang itu kuberikan begitu saja padanya. Sampai di kamar hotel aku baru sadar, yang kuberikan pada perempuan kecil bermata belati itu ternyata satu-satunya sisa uang sakuku.
***

Syahdan anganku menuju keakbaran-Mu

Morfologi Perspektif & Penerapannya


MORFOLOGI
PERSPEKTIF  & PENERAPANNYA
(Ibrahim,M.Pd.)

Morfem,Morf, Alomorf, dan Kata
Morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil dan tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Morfem dibagi 2 (dua) : 1. Morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik. Seperti : morfem / baca / 2. Morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik
Seperti : morfem meN mempunyai struktur fonologik mem-,men- ,meny-,meng-, menge-dan,me-. Bentuk-bentuk seperti mem-,men-,meny-, meng- , menge-, dan me- adalah morf dan semuanya itu adalah alomorf morfem meN
Contoh lain : morfem ber- terdiri dari morf ber-,pada berjalan morf be-, pada bekerja dan morf bel- pada belajar. Ketiganya, yakni be- ber-,-,dan bel- adalah alomorf morfem ber-
Disamping istilah morfem, morf, dan alomorf terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Pengertian kata sendiri menurut Ramlan (1983) adalah satuan bebas yang paling kecil atau setiap satuan bebas merupakan kata.

Kata sebagai satuan fonologik,
Terdiri dari satu atau beberapa suku. Suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misal kata /belajar/ terdiri dari tiga suku kata ialah bel, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem. Suku la terdiri dari dua fonem dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem. /b/,/e/,/l/,/a/,/j/,/a/,dan /r/.

Kata sebagai satuan gramatik,
Terdiri dari satu atau beberapa morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem, ialah morfem ber- dan morfem ajar.

Deretan Morfologik, Hirarki Bahasa, Bentuk Dasar, dan Bentuk Asal
Deretan morfologik adalah suatu deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya. Deretan morfologik berguna dalam penentuan morfem-morfem dari kata yang ada.
Misal : kata kejauhan harus dibandingkan dengan kata-kata lain dalam deretan morfologik.
Kejauhan, menjauhkan, dijauhkan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan morfem jauh dapat dipastikan kata terjauh kejauhan terdiri dari dua morfem yakni jauh dan morfem ke-an.
Berjauhan, menjauhi, dijauhi

Hirarki Bahasa
adalah urutan-urutan satuan-satuan gramatik dari bentuk kompleks ke unsur pembentuknya.
Contoh kata : berpakaian kalau diurutkan menjadi Berpakaian jadi unsur yang membentuk kata berpakaian bukan ber-, pakai, dan –an, melainkan ber- dan pakaian. Selanjutnya pakaian pakaian terdiri dari unsur pakai dan -an ber pakai an. Jadi kata berpakaian terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-, selanjutnya pakaian dari bentuk dasar pakai dengan afiks –an. Sedangkan bentuk asal dari kata berpakaian adalah pakai.
-Bentuk asal adalah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata kompleks
-Bentuk dasar ialah satuan baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar.
Coba hirarkikan kata berperikemanusiaan dan tentukan pula bentukan dasar dan asalnya!

Proses Morfologis
Ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologik, yakni proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan.
Kalau dikaji sebenarnya ada satu proses yang disebut proses perubahan zero. Proses ini hanya meliputi jumlah kata tertentu, ialah kata-kata makan, minum, minta, dan mohon yang semuanya termasuk kata verbal transitif.

Proses Pembubuhan Afiks/Afiksasi
Pembubuhan imbuhan (afiks) pada suatu satuan baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks. Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain yang membentuk kata atau pokok kata baru. Jadi yang dipandang sebagai afiks adalah unsur kemungkinan melekatnya pada satuan-satuan lain lebih banyak.
Penelitian yang dilakukan terhadap bentuk-bentuk kata dalam bahasa Indonesia terdapat afiks secara umum di bawah ini:
prefiks
infiks
sufiks
meN-
ber-
di-
ter-
peN-
pe-
se-
per-
pra-
ke-
maha-
para-
-el-
-em-
-er-
-kan
-an
-i
-nya
-wan
-wati
-is
-man
-da
-wi
Selain itu ada istilah konfiks dan simulfiks dalam morfologi bahasa Indonesia.
Bahkan kridalaksana (1985) menyebutkan enam afiks,yaitu : prefiks,infiks,sufiks, simulfiks, konfiks, dan superfiks.
Konfiks berasal dari kata confero yang berarti bersamaan. Menurut Alwi (1998:32) konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan secara serentak diimbuhkan. Contohnya : ke-an pada kelaparan yang diimbuhkan secara serentak. Tidak ada kelapar dan laparan. Disebutkan ada empat konfiks, yaitu : ke-an, peN-an,per-an, dan ber-an. Sedangkan simulfiks adalah kebalikannya,yakni dimbuhkan secara tidak bersamaan. Contohnya: meN-i pada memukuli, yang pertama kali dilekatkan adalah meN+pukul menjadi memukul lalu +- i menjadi memukuli.
Sementara Ramlan (1983:52) menyebut simulfiks adalah afiks yang mempunyai kemampuan melekat bersama-sama pada satu bentuk dasar, diantaranya : peN-an, pe-an,per-an,ber-an,ke-an, dan se-nya. Ramlan tidak menyebut adanya konfiks.
Sedangkan kridalaksana (1985:20) simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia diterapkan dengan nasalisasi. Simulfiks masih dianggap oleh Kridalaksana terdapat dalam bahasa tidak baku. Contoh : kopi menjadi ngopi.

Afiks Asli dan Asing, Produktif dan Improduktif
Bentuk afiks pra-, a-, -wan, -is, -man, dan –wi adalah berasal dari bahasa asing. Afiks asing dapat digolongkan dalam afiks bahasa Indonesia jika afiks-afiks tersebut keluar dari lingkungannya atau mampu melekat pada satuan lain yang tidak berasal dari bahasa aslinya. Contoh : satuan –in pada muslimin, dan –at pada muslimat, -if pada sportif, im- pada improduktif belum dapat dimasukkan ke dalam afiks bahasa Indonesia.
Afiks produktif ialah afiks yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada-pada kata-kata atau morfem-morfem dan bahkan mampu membentuk kata-kata baru. Contoh : afiks –wan meskipun dari bahasa asing, mampu membentuk kata-kata baru, seperti : hartawan, jutawan, sukarelawan, usahawan, karyawan, sastrawan, wartawan dan lain-lain.
Afiks improduktif merupakan kebalikan dari afiks produktif. Contoh : -man yang hanya terdapat pada seniman dan budiman. Afiks –el-, -em-,dan -er- yang hanya terdapat pada gelegar, gemetar, gemuruh, gerigi, seruling. Afiks –da yang hanya pada hubungan keluarga : adinda, kakanda, pamanda, ibunda.
Dapat ditelaah afiks produktif meliputi : meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-,per-, ke-, maha-, para-, -kan, -an, -I, -wan, ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya. Sedangkan afiks improduktif : pra-, a-, -el-, -em-,-er-, -wati, -is, -man, -da, dan –wi.

Proses Pengulangan/Reduplikasi
Pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Bagaimana menentukan bentuk dasar kata ulang?
1. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. Kalau kata ulang kata kerja, maka bentuk dasarnya pasti kata kerja. Contoh : berkata-kata(kata kerja) berkata(kata kerja) Nyanyi-nyanyian (kata nominal) nyanyian (nominal). Ada pula pengulangan yang mengubah golongan kata dengan pengulangan se-nya. Contoh : setinggi-tingginya(kt.keterangan) tinggi(sifat)
2.  Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Contoh : mempertahan-tahankan mempertahankan, bukan mempertahan atau tahankan
Kemerah-merahan terdapat dua kemungkinan, bisa bentuk dasarnya merah atau kemerahan. Hal ini berefek pada penggolongan kata ulang. Kalau bentuk dasarnya merah termasuk kata ulang kombinasi dengan afiksasi, kalau kemerahan termasuk kata ulang sebagian.

Macam-Macam Reduplikasi
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, reduplikasi dibagi menjadi :
1.    Pengulangan seluruh. Bentuk dasarnya diulang seluruhnya. Contoh : pengertian pengertian-pengertian.sekali sekali-sekali
2.    Pengulangan sebagian. Bentuk dasar tidak diulang seluruhnya dan biasanya bentuk dasarnya berupa kata kompleks. Contoh : mengambil mengambil-ambil ketiga ketiga-tiga, pertama pertama-tama berapa beberapa
3.    Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Bentuk dasarnya diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan afiks.
       Contoh : rumah rumah-rumahan hitam kehitam-hitaman dalam sedalam-dalamnya
4.    pengulangan dengan perubahan fonem. Yang diulang bentuk dasarnya dengan ada perubahan fonem. Contoh : bolak-balik dari bentuk dasar balik, karena selain balik terdapat kebalikan, membalikkan, dibalik, sebaliknya. Ramah-tamah ramah sayur-mayur sayur

Proses Pemajemukan
Kata yang terdiri dari dua ka sebagai unsurnya. Satuan yang merupakan cirri-ciri kata majemuk:
1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata
Pokok kata adalah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatikal tidak memiliki sifat bebas, yang dapat dijadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misal : juang, temu, alir, l,omba, tempur, jual, beli dan lainnya. Jadi setiap gabungan dengan pokok kata merupakan kata majemuk. Misal gabungan kata dengan pokok kata: kolam renang, pasukan tempur, medan tempur, lomba lari, jam kerja, tenaga kerja dan lain-lain. Kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua, misal : terima kasih, lomba lawak, tanya jawab, jual beli, simpan pinjam dan lain-lain
2. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Satuan kamar mandi merupakan kata majemuk karena tidak dapat dipisahkan dengan satuan lain atau diubah strukturnya. Beda dengan orang mandi, dapat dipisah dengan orang itu mandi, orang itu akan mandi dan lain-lain.Begitu pula dengan anak buah dan anak orang. Anak orang dapat diubah strukturnya menjadi anak kedua orang itu pandai-pandai. Begitu pula dengan meja kursi dan kaki tangan. Meja kursi merupakan klausa bukan kata majemuk, karena dapat dipisah dengan dan. Kaki tangan kalau sudah dipisah dalam kalimat bermakna lain, kaki dan tangan. Contoh lain : orang tua, rakyat kecil, kamar gelap dan lain-lain. Ada beberapa kata majemuk yang salah satu unsurnya merupakan morfem unik (tidak dapat melekat dengan satuan lain. Contoh : simpang siur. Siur hanya melekat pada simpang. Begitu pula sunyi senyap, gelap gulita, terang benderang,

Proses Morfofonemik
Mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Ada tiga proses morfofonemik.

1. Proses perubahan fonem
a.    fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar awalnya /p,b,f/ misal : meN +paksa menjadi memaksa peN + buat menjadi pembuat
meN + fitnah menjadi memfitnah
b.    fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ jika bertemu dengan fonem /t,d,s,/ . contoh : meN+tulis menjadi menulis peN+dobrak menjadi mendobrak meN+support menjadi mensupport.
c.    fonem /N/ pada morfem meN- dan peN menjadi /ň/ apabila bertemu dengan /s,ŝ,c,j/.
contoh : meN-+sapu menjadi menyapu peN- + cukur menjadi /pәňcukur/meN + syukur menjadi /mәňsyukuri/
d.    fonem /N/ pada morfem meN- dan peN menjadi /ŋ/ apabila bertemu dengan /k,g,x,h, dan vokal/. contoh : peN-+kacau menjadi pengacau meN-+ garis menjadi menggaris meN-+khayal menjadi mengkhayal peN-+ uji menjadi penguji meN-+cat menjadi mengecat terdapat perubahan dan penambahan. Di samping proses perubahan, juga terjadi proses penambahan fonem /ә/
e.    fonem /r/ pada morfem ber- dan per- mengalami perubahan menjadi /l/ contoh : ber- + ajar menjadi belajar per- + ajar menjadi pelajar

2. Proses Penambahan Fonem
a. Penambahan fonem /ә/ . contoh : meN- + bur menjadi mengebur peN-+las menjadi pengelas
b. Penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasarnya berakhir dengan vokal /a/. Kemudian penambahan /w/ apabila bentuk dasar berakhir dengan /u,o,aw/ dan penambahan /y/ apabila bentuk dasarnya berakhir dengan i, ay/ akibat bertemu dengan morfem –an, ke-an, peN-an. Contoh : -an + terka menjadi terka?an ke-an + pulau menjadi /kepulawuan/
peN-an+cuci menjadi /pencuciyan/

3. Proses Hilangnya Fonem
a. Hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- akibat bertemu dengan bentuk dasar yang berawal /l,r,y,w,dan nasal/. Misal : meN+lerai menjadi melerai peN + ramal menjadi peramal
b. Hilangnya fonem/r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- sebagai akibat bertemu dengan bentuk dasar yang berawal fonem /r/ dan suku pertamanya berakhir dengan /әr/.
contoh : ber-+rapat menjadi berapat ter- +rasa menjadi terasa ter- + rebut menjadi terebut
c. Hilangnya fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN-dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu. Misal : meN-+paksa menjadi memaksa peN- + karang menjadi pengarang.
Pada kata memperagakan dan mentertawakan fonem /p/ dan /t/ yang merupakan fonem awal bentuk dasar tidak hilang, karena fonem-fonem itu merupakan fonem awal afiks per- dan ter-. Demikian pula dengan menterjemahkan, mensupply, mensurvey, mengkoordinir. Fonem-fonem /t, s, k/ tidak hilang karena bentuk dasar kata-kata itu berasal dari asing yang masih mempertahankan keasliannya.

Fungsi dan Makna :Afiksasi dan Reduplikasi
a. Afiks meN-
semua kata berafiks meN- termasuk golongan kata verbal. Dengan demikian hanya memiliki satu fungsi saja, ialah sebagai pembentuk kata verbal (kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi predikat, sedangkan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak.
Makna afiks meN- dalam penggunaan bahasa :
1.        menyatakan makna suatu perbuatan aktif transitif (perbuatan yang dilakukan oleh pelaku dan menuntut adanya objek) apabila bentuk dasarnya berupa pokok kata. Seperti pada kata : menulis, meresmikan, membaca, dan lain-lain.
2.        menyatakan makna seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasar atau menyatakan makna proses. Misal : melebar : menjadi lebar, menyempit : menjadi sempit
3.        menyatakan berbagai makna seperti memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar, menjadi seperti pada bentuk dasar, menuju ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar dan lainnya. Contoh : menepi : menuju ke tepi, membatu : menjadi seperti batu, merokok : menghisap rokok

b. afiks ber-, bermakna :
1. Menyatakan makna suatu perbuatan yang aktif yang bentuk dasarnya kata kerja atau pokok kata. Contoh : bersandar,bekerja, berlari
2.  menyatakan makna dalam keadaan. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat Contoh : bergembira, berpadu, bersedih
3.  menyatakan makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar, apabila bentuk dasarnya berupa kata bilangan. Contoh : bertiga : kumpulan yang terdiri dari empat
4. menyatakan berbagai makna, apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal. Contoh : berbaju : memakai baju, bersuara : mengeluarkan suara, berpenyakit : mempunyai penyakit.

c. afiks di-
fungsinya membentuk kata kerja pasif dan maknanya menyatakan makna suatu perbuatan yang pasif. Contoh : diambil : dibuat ambil orang lain. Dilarikan : dibuat lari orang lain

d. afiks ter-
maknanya :
1. menyatakan makna aspek perfektif (perbuatan /hal yang telah dilakukan). Contoh : terbagi, tersimpan.
2. menyatakan makna ketidaksengajaan. Contoh : terpijak, tercoret, tersinggung
3. menyatakan makna ketiab-tibaan. Contoh : teringat, terjatuh, tertidur
4. menyatakan makna kemungkinan. Biasanya didahului oleh kata tidak atau tak. Contoh : tidak ternilai : tidak dapat dinilai, tak terduga
5. menyatakan makna paling apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat. Contoh : tertinggi,terluas
Ada juga dalam dunia pengadilan, seperti terdakwa, tertuduh,tersangka, terhukum. Sebenarnya hal tersebut termasuk kata nominal, dimungkinkan hilangnya kata si pada si terdakwa, si tersangka.

e. afiks peN- maknanya :
1.  menyatakan makna yang pekerjaannya melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar/agentif. Contoh : pembaca : yang (pekerjaannya) membaca, penari (yang menari)
2.  menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : pemotong : alat untuk memotong, pengangkut : alat untuk mengangkut
3.  menyatakan memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : pemalas : yang memiliki sifat pemalas
4.    menyatakan makna yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : pengeras : yang menyebabkan jadi keras, penghalus : yang menyebabkan jadi halus
5.    menyatakan makna yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan berhubung dengan benda yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misal : penyair : yang (pekerjaannya) mencipta syair.
6.     
f. afiks pe- fungsinya hanya sebagai pembentuk kata nominal. Afiks pe- umumnya bertalian dengan kata kerja berafiks ber-, sedangkan afiks peN- bertalian dengan kata kerja afiks meN-. Maknanya yang biasa/pekerjaan/gemar melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar dan makna orang yang (pekerjaannya) di…. Contoh : pejalan kaki, pegulat : yang pekerjaannya gemar bergulat. Petatar : orang yang pekerjaannya ditatar, petugas : orang yang pekerjaannya ditugaskan.

g. afiks per- fungsinya membentuk kata nominal dan yang berfungsi membentuk pokok kata. Pada fungsi pertama hanya pada kata pelajar dan pertapa. Sedangkan fungsi kedua, sebagai pokok kata mungkin berupa kata sifat : perbesar,perluas. Mungkin berupa kata bilangan : persatu, pertiga. Mungkin berupa kata nominal : peristeri, perbudak. Mungkin berupa pokok kata : perhitungkan dari hitungkan dan perjuangkan dari juangkan.
Maknanya hanya menyatakan kausatif (membuat jadi). Contoh : pertiga : membuat jadi tiga, perluas : membuat jadi lebih luas.

h. afiks se-. maknanya :
1. menyatakan makna satu. Contoh : serombongan : satu rombongan, sehari : satu hari
2. menyatakan makna seluruh. Contoh : sekampung, se Indonesia
3. menyatakan makna sama. Contoh : segunung, sepanjang



i.afiks ke-. Afiks ke- berfungsi membentuk pokok kata. Maknanya :
1. manyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : keempat : kumpulan yang terdiri dari empat …, kedua.
2. menyatakan urutan. Contoh : (bagian) ketiga, (meja) keempat

j. afiks para-.
maknanya hanya menyatakan makna banyak. Contoh : para dermawan : dermawan-dermawan.

k. afiks maha-.
     maknanya menyatakan penyangatan. Contoh : mahaagung, mahasiswa.

l. afiks –kan. Maknanya :
1. menyatakan makna benefaktif (perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan untuk orang lain.contoh: membelikan, membacakan
2. menyatakan kausatif, yang dibagi menjadi golongan :
·         menyebabkan(…) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya . contoh : mendudukkan: menyebabkan duduk
·         menyebabkan (…)menjadi seperti pada bentuk das arnya. Contoh : meninggikan,memajukan
·         menyebabkan (…) menganggap sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar.contoh : mendewakan, menganaktirikan
·         membawa/memasukkan (…) ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar. Misal : memenjarakan, memojokkan
m. afiks –i.
      maknanya :
1. menyakatan makna perbuatan berulang-ulang. Contoh : memukuli, mencabuti
2. menyatakan makna memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : memagari, menggulai
3. objeknya menyatakan tempat. Contohnya : menduduki, menanami.
4. menyatakan makna kausatif. Contoh : mengotori, memanasi

n. afiks –an.
     Berfungsi membentuk kata nominal. Maknanya:
1.  menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : timbangan : alat untuk menimbang, karangan : hasil mengarang.
2.  menyatakan makna tiap-tiap. Misalnya : mingguan, tahunan
3.  menyatakan makna satuan yang terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : meteran, ribuan
4.  menyatakan makna beberapa. Contoh : puluhan orang melakukan aksi demo
5.  menyatakan makna sekitar. Contoh : tahun 60-an, 80-an

o. afiks –wan.
Afiks –wan hanya mempunyai satu fungsi,ialah sebagai pemebntuk kata nominal. Maknanya :
1.  menyatakan orang yang ahli dalam hal tersebut pada bentuk dasar. Terjadi pada bentuk dasar yang tergolong kata nominal. Contoh : negarawan yakni orang yang ahli dalam kenegaraan dan tugasnya berhubungan dengan masalah kenegaraan. Tatabahasawan, sejarawan dan lain-lain.
2.  menyatakan orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Biasanya yang melakat pada kata sifat. Contoh : cendikiawan : orang yang cendikia Sosiawan : orang yang bersifat social

p. afiks ke-an. Fungsinya
membentuk kata nominal dan membentuk kata verbal, baik yang termasuk golongan kata kerja maupun kata sifat. Maknanya :
1.  menyatakan suatu abstraksi atau hal. Contoh : kebaikan adalah hal baik
2. menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang tersebut pada bentuk dasar. Missal : kewanitaan, kehewanan, keduniaan dan lain-lain
3.  menyatakan makna dapat dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : kelihatan adalah dapat dilihat, ketahuan adalah dapat diketahui
4. menyatakan makna dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan, keadaan, atau hal yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh : kehujanan, kedinginan, kelaparan, kecurian
5.  menyatakan makna tempat atau daerah. Misal : kedutaan, kelurahan, kesultanan.

q. afiks peN-an.
Berfungsi membentuk kata nominal dan hasil nominalisasi dari kata berafiks meN-. Maknanya :
1.  menyatakan makna hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan.
Contoh : pembacaan : hal membaca pendudukan : hal menduduki
2.  menyatakan cara. Misal : penyajian adalah cara menyajikan pengiriman : cara mengirimkan 3. menyatakan makna hasil perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan. misal : penglihatan adalah hasil proses melihat, pendapatan, pengertian
4.  menyatakan makna alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan. misal : pendengaran : alat untuk mendengar, penglihatan : alat untuk melihat
5.  menyatakan makna tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan.
misal : pengadilan, pembuangan, pengasingan

r. afiks per-an.
Berfungsi membentuk kata nominal. Adapun maknanya sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasar :
1. menyatakan makna perihal yang tersebut pada bentuk dasar. Misal : perindustrian, persekolahan
2. menyatakan makna hal atau hasil. Contoh : persekutuan (hal atau hasil bersekutu)
3. menyatakan makna tempat ialah tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan. Contoh : peristirahatan, persembunyian
4. menyatakan makna daerah. misal : perairan adalah daerah yang berupa atau terdiri dari air.
5. menyatakan makna berbagai-bagai. Contoh:perbekalan, peralatan

s. afiks ber-an.
Fungsinya sebagai pembentuk kata kerja.Maknanya :
1. menyatakan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan banyak pelaku. Contoh : bermunculan, berjatuhan.
2.  menyatakan pekerjaan berulang-ulang. Contoh : berloncatan, berlompatan
3. menyatakan makna saling. Contoh : bersentuhan adalah saling menyentuh, berkirim-kiriman

t. afiks se-nya.
Fungsinya membentuk kata keterangan dari kata sifat. Maknanya bersifat superlatif. Contoh : sepenuh-penuhnya adalah tingkat penuh yang paling tinggi, sedapat-dapatnya

Makna Proses Pengulangan
1.    Menyatakan makna banyak
Contoh : binatang-binatang = banyak binatang
2.    Menyatakan makna banyak yang berhubungan dengan kata yang diterangkan.
Contoh : perumahan itu besar-besar. Mahasiswa itu pandai-pandai
3.    Menyatakan makna tak bersyarat. Contoh : hujan-hujan saya tetap dating, duri-duri diterjang
4.    Menyatakan makna menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Biasanya pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Contoh : kuda-kudaan = menyerupai kuda
5.    Menyatakan bahwa perbuatan yang berulang-ulang. Contoh : memukul-mukuk, berteriak-teriak
6.    Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan dengan enaknya, santai, atau senangnya. Contoh : makan-makan, membaca-baca
7.    Menyatakan makna saling. Contoh : pukul-memukul, pandang-memandang, berkirim-kiriman
8.    Menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar. Misal : karang-mengarang = hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan mengarang.
9.    Menyatakan makna agak. Contoh : kemerah-merahan = agak merah
10.  Menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai. Contoh :sekuat-kuatnya
11.  Selain dari itu makna-makna tersebut, terdapat pengulangan yang sebenarnya tidak mengubah arti bentuk dasarnya, melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan. Kita bandingkan kata mengharapkan dengan mengharap-harapkan, membedakan dengan membeda-bedakan.

SUMBER ACUAN:
Alwi,Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa
Kridalaksana,Harimurti dkk. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia :  Sintaksis.Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Parera,Jos Daniel.2007. Morfologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ramlan. 1983. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : CV. Karyono